Sabtu, 23 Agustus 2014

“De Copet” Cerminan Wajah Kita Hari Ini


Rengat Teater 913
“de copet” Pementasan Rengat Teater 913 di malam ke-2 JTS, 
Jumat (22/8/2014)
RiauKepri.com, PEKANBARU – Gelar karya Kala Sumatera, Jaringan Teater Sumatera (JTS) di Anjung Seni Idrus Tintin kemarin, Jum’at (22/8/2014), Rengat Teater 913 membawakan cerita berjudul “De Copet”. Naskah yang diangkat dari Ritus Dongeng Robin Hood dengan penyesuaian dan adaptasi oleh Adepura Indra dalam bingkai kekinian Indonesia. Berangkat dari kisah tersebut, Ade bersama Rengat Teater 913 menyuguhkan sebuah repertoar dengan pengadeganan-pengadeganan tanpa jeda secara simultan yang diiringi koor (paduan suara).
Panggung secara umum dibagi menjadi tiga wilayah. Di sebelah kanan depan untuk koor dengan lantai level sedang. Di sebelah kiri untuk Limbok (dalang/pencerita) dengan lantai level tiga kali lipat lebih tinggi dari koor. Dan area diantara kedua belah sisi kanan dan kiri depan hingga meluas kebagian belakang untuk aktor lainnya tanpa level dan setting. Sementara di atas langit-langit panggung terdapat beberapa figura dengan gambar mirip tokoh-tokoh pemimpin Indonesia dengan mata yang diblok putih.
Komposisi pemanggungan yang demikian ialah konsep yang tengah dipresentasikan oleh Ade. Bagaimana panggung merupakan jalinan audio dan video. Tipe yang dikatakan Ade sebagai bagian dari konsep repertoar repetisi seperti ini, merupakan teknik mengedepankan audio (koor dan pencerita) dan video di bagian belakangnya.
Pertunjukan dimulai dengan koor yang kemudian disambut kehadiran Limbok mengantar pertunjukan dengan mengurai pokok  kisah dari pertunjukan tersebut. Kemudian secara simultan adegan-adegan berjalan menggambarkan rentetan peristiwa cerita hingga akhir lewat aktor-aktor dengan kemampuan tubuh, vokal, dan media properti. Koor dan narasi-laku dari Limbok pun turut memainkan perannya.
“Jika disimak, kalimat-kalimat yang diucapkan aktor merupakan repetisi. Dan adegan-adegan yang disuguhkan selanjutnya ialah penawaran-penawaran. Penonton diberikan kebebasan untuk mengartikannya sendiri,” Ade menjelaskan.
“De Copet” tunak mengungkai tokoh yang diperankan oleh Walmi Sholihat dalam bingkai pengadeganan kisah tentang dirinya, hingga sampai ke gerbang pengadilan atas perbuatan yang dilakukannya. Meskipun yang mendasari tokoh Pencopet ini ialah untuk menghidupi orang-orang yang tidak mampu, namun norma dan hukum menyebutnya pelanggaran dan kesalahan. Tanpa ragu, pertunjukan ini juga sekaligus memberikan realitas atas praktek copet yang terjadi di semua kalangan masyarakat bahkan pemimpin-pemimpinnya melalui figura yang menggantung.
Ade selaku sutradara mengakui bahwa konsentrasi karya-karya teaternya memang membicarakan tentang politik negara dan isu-isu sosial terkini. Ia dan Rengat Teater 913 mencoba konsekuen mengangkat tema dan persoalan-persoalan yang demikian.
Keragaman minat anggotanya di Rengat Teater 913, yang usia kelompoknya belum sampai 1 tahun ini, Ade berupaya memberi kebebasan dan mengarahkan mereka untuk konsentrasi pada bidangnya masing-masing. Bersama kelompok inilah ia dan anggotanya mencoba komitmen untuk turut mewarnai peristiwa dan perkembangan teater di Riau.
“Saya akan selalu menggunakan konsep-konsep pementasan yang minim. Teater yang menggunakan tubuhnya sendiri. Konsep dengan gaya penawaran inilah yang saya coba terapkan di Riau. Mudah-mudahan jadi warna tersendiri dan menjadi ciri kelompok kami ke depan,” ungkap Ade.
Helat Kala Sumatera Jaringan Teater Sumatera di Pekanbaru akan diakhiri dengan pertunjukan “Anak yang Dikuburkan” produksi Teater Satu Lampung dan diskusi karya usai pertunjukan, malam ini, Sabtu (23/8/2014). (MON)

(sumber : http://www.riaukepri.com/index.php/de-copet-cerminan-wajah-kita-hari-ini/)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar