RiauKepri.com, PEKANBARU
– Gelar karya Kala Sumatera, Jaringan Teater Sumatera (JTS) di Anjung
Seni Idrus Tintin kemarin, Jum’at (22/8/2014), Rengat Teater 913
membawakan cerita berjudul “De Copet”. Naskah yang diangkat dari Ritus
Dongeng Robin Hood dengan penyesuaian dan adaptasi oleh Adepura Indra
dalam bingkai kekinian Indonesia. Berangkat dari kisah tersebut, Ade
bersama Rengat Teater 913 menyuguhkan sebuah repertoar dengan
pengadeganan-pengadeganan tanpa jeda secara simultan yang diiringi koor
(paduan suara).
Panggung secara umum dibagi menjadi tiga wilayah. Di sebelah kanan
depan untuk koor dengan lantai level sedang. Di sebelah kiri untuk
Limbok (dalang/pencerita) dengan lantai level tiga kali lipat lebih
tinggi dari koor. Dan area diantara kedua belah sisi kanan dan kiri
depan hingga meluas kebagian belakang untuk aktor lainnya tanpa level
dan setting. Sementara di atas langit-langit panggung terdapat beberapa
figura dengan gambar mirip tokoh-tokoh pemimpin Indonesia dengan mata
yang diblok putih.
Komposisi pemanggungan yang demikian ialah konsep yang tengah
dipresentasikan oleh Ade. Bagaimana panggung merupakan jalinan audio dan
video. Tipe yang dikatakan Ade sebagai bagian dari konsep repertoar
repetisi seperti ini, merupakan teknik mengedepankan audio (koor dan
pencerita) dan video di bagian belakangnya.
Pertunjukan dimulai dengan koor yang kemudian disambut kehadiran
Limbok mengantar pertunjukan dengan mengurai pokok kisah dari
pertunjukan tersebut. Kemudian secara simultan adegan-adegan berjalan
menggambarkan rentetan peristiwa cerita hingga akhir lewat aktor-aktor
dengan kemampuan tubuh, vokal, dan media properti. Koor dan narasi-laku
dari Limbok pun turut memainkan perannya.
“Jika disimak, kalimat-kalimat yang diucapkan aktor merupakan
repetisi. Dan adegan-adegan yang disuguhkan selanjutnya ialah
penawaran-penawaran. Penonton diberikan kebebasan untuk mengartikannya
sendiri,” Ade menjelaskan.
“De Copet” tunak mengungkai tokoh yang diperankan oleh Walmi Sholihat
dalam bingkai pengadeganan kisah tentang dirinya, hingga sampai ke
gerbang pengadilan atas perbuatan yang dilakukannya. Meskipun yang
mendasari tokoh Pencopet ini ialah untuk menghidupi orang-orang yang
tidak mampu, namun norma dan hukum menyebutnya pelanggaran dan
kesalahan. Tanpa ragu, pertunjukan ini juga sekaligus memberikan
realitas atas praktek copet yang terjadi di semua kalangan masyarakat
bahkan pemimpin-pemimpinnya melalui figura yang menggantung.
Ade selaku sutradara mengakui bahwa konsentrasi karya-karya teaternya
memang membicarakan tentang politik negara dan isu-isu sosial terkini.
Ia dan Rengat Teater 913 mencoba konsekuen mengangkat tema dan
persoalan-persoalan yang demikian.
Keragaman minat anggotanya di Rengat Teater 913, yang usia
kelompoknya belum sampai 1 tahun ini, Ade berupaya memberi kebebasan dan
mengarahkan mereka untuk konsentrasi pada bidangnya masing-masing.
Bersama kelompok inilah ia dan anggotanya mencoba komitmen untuk turut
mewarnai peristiwa dan perkembangan teater di Riau.
“Saya akan selalu menggunakan konsep-konsep pementasan yang minim.
Teater yang menggunakan tubuhnya sendiri. Konsep dengan gaya penawaran
inilah yang saya coba terapkan di Riau. Mudah-mudahan jadi warna
tersendiri dan menjadi ciri kelompok kami ke depan,” ungkap Ade.
Helat Kala Sumatera Jaringan Teater Sumatera di Pekanbaru akan
diakhiri dengan pertunjukan “Anak yang Dikuburkan” produksi Teater Satu
Lampung dan diskusi karya usai pertunjukan, malam ini, Sabtu
(23/8/2014). (MON)
(sumber : http://www.riaukepri.com/index.php/de-copet-cerminan-wajah-kita-hari-ini/)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar